Lagi-lagi aku memikirkanmu di potongan kecil malam ini. Kusandarkan kepalaku di dinding kokoh bumi, lalu memandang langit yang seakan tak pernah memiliki tepi. Kamu lagi. Pasti. Meracuni malamku dengan semburat rindu dan ungkapan palsu. Melayani khayalku dengan segelintir harapan berbalut nada-nada pilu.
Aku mengusap kedua telapak tanganku yang mulai menggigil dan membiru. Bukan karena dinginnya malam yang semakin tak menentu. Aku merapatkan jaketku, bukan karena aku mengelak dari rasa ngilu yang merasuk tulangku. Dan aku melepaskan ikat rambutku, membiarkan rambutku jatuh perlahan satu demi satu, bukan pula untuk menutupi tengkukku yang berkali-kali dihujam udara bernapaskan salju. Lalu, untuk apa semua itu? Benar, aku sedang menarik perhatianmu malam ini padaku.
Lalu kamu. Berjalan pelan menghampiriku sambil tersenyum lugu. Membuat darahku berdesir lembut hingga tubuhku membatu. Kamu dengan pesonamu, dan aku yang tak mampu beranjak dari belenggu atmosfermu. Dan ketika tangan kita bertemu, aku tau. Aku tau ini adalah pertanda baru.
Aku kembali merapatkan jaket kulitku, menutup kesempatanmu untuk mengetuk pintu hatiku saat itu. Kamu tergelak pelan, kemudian berlalu sambil sesekali menoleh padaku. Aku tertawa memandangi punggungmu yang semakin menjauh dari hadapanku. Aku menghela napas getir, membayangkanmu. Iya. Malam ini. Kamu lagi.
Feedjit
Sabtu, 25 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar