Aku terpaku melihat diriku yang baru. Cermin ini memantulkan sesosok gadis yang bukan aku. Aku mengernyit, mencoba melihat sosok itu lebih dekat lagi. Kupandangi seluruh bagian diriku yang terpantul dalam diri gadis itu. Benar, ini wajahku. Ini tubuhku. Dan ini ekspresi tak percayaku. Lalu, kenapa sosok ini terasa bukan seperti aku?
Aku melirik jam di sudut kamarku. Enam tiga puluh. Aku menghela napas berat, kemudian memandang kosong ke layar ponselku. Satu pesan darimu. Tentang kamu yang akan datang menemaniku malam ini. Tentang sisa waktuku yang tinggal sepuluh menit untuk mempersiapkan diri bertemu denganmu. Aku bergeming. Kenapa harus kamu? Batinku.
Cantik. Cermin itu seolah baru saja bicara padaku. Aku tersenyum miris, menolak untuk mendengar apapun tentang diriku malam ini. Aku beranjak, memagut kembali diriku di cermin. Aku menyisir rambutku lagi, memutuskan untuk menggerainya. Aku merapikan bajuku, kemudian memilih sepatu dan tas tangan terbaikku. Aku ingin malam ini sempurna denganmu. Memang kamu bukan dia, tapi biar saja. Aku tersenyum puas hingga dering ponselku berbunyi lagi. Ah, kamu. Kamu sudah sampai dan menungguku rupanya.
Aku menemuimu. Aku melihatmu dalam setelan celana jeans dan kemeja yang kau gulung sampai siku. Menarik, pikirku. Kamu tersenyum melihatku, dan aku pun tersipu. Kamu selalu bisa membuatku melupakannya dan menarikku ke duniamu. Ya, aku menyukaimu.:)
Aku dan kamu. Kali ini menghabiskan malam dalam tatapan penuh makna. Dalam ribuan kata yang saling bertautan dan berkejaran. Aku melihatmu tertawa dan berlari, aku mendengarmu bercerita dan bernyanyi. Perlahan aku menyukainya. Aku ingin berada di dekatmu lebih lama. Bukan hanya malam ini, aku menginginkan malam-malam setelahnya. Bersamamu, aku mulai bisa melupakannya.
Aku tersenyum kemudian tertawa menatapmu. Kamu terdiam, memandangku canggung seolah ada hal sulit yang ingin kau katakan. Kamu bergumam lirih, berkata dengan pelan tentang malam ini yang akan berubah menjadi pagi. Kamu menundukkan wajamu, menatapku dalam, kemudian meraih tanganku untuk kau genggam dan kau ajak pulang. Aku terkesima sesaat, lalu tersenyum. Aku mau.
Kamu memberikanku senyuman terbaikmu lagi untuk mengakhiri malam ini. Aku diam, tidak ingin membalas senyummu. Aku takut senyum ini menjadi senyummu yang terakhir untukku. Aku terus berdiam hingga akhirnya kamu meninggalkan sebuah kecupan kecil di pipiku dan berlalu. Aku membalikkan tubuhku, tak ingin melihat punggungmu yang semakin menjauh. Aku bergidik. Benarkah aku jatuh telah cinta padamu?
Feedjit
Selasa, 12 Juli 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar